Minggu, 03 Desember 2023

Angan

Satu tahun di 2023 ini bagaikan roller coaster bagi hidupku. Aku merasakan kembali ada di titik terendah bagi diriku di tahun ini. Seperti kehilangan harapan hidup. Kehilangan orang yang paling dipercaya. Kehilangan orang yang selama ini banyak memberi harapan, kebahagiaan, bantuan, hingga rasanya seperti mati ketika ditinggalkan. Tapi ternyata dengan menyibukkan diri sebagai mahasiswa semester akhir adalah cara terbaik untuk tetap hidup. Aku sibukkan diriku dengan bekerja dan menyelesaikan skripsiku mati-matian agar rasa sakitnya kehilangan tidak membuatku mati betulan.

Selama beberapa tahun ini aku hidup dengan banyak harapan dan angan-angan tentang hidup bersamanya. Di masa depan kami ingin tinggal di sebuah desa yang tak jauh dari kota. Memiliki kebun. Menanam sayuran dan buah yang kami sukai. Serta memiliki dua orang anak. Itulah percakapan yang kami lontarkan seraya kami berjalan beriringan di jalan yang disebut Malioboro, makan bakso di sebuah kedai dekat stadion Mandala Krida, atau saat kami sedang ada di sebuah lapangan luas milik kampus. 

Semua harapan dan keinginan tersebut kian sirna setelah dirinya memilih orang lain. Serta aku harus berdamai dengan diriku dengan semua luka yang telah ditinggalkannya. Perkataannya saat kami berpisah membuat aku hancur. Untungnya ada sebuah profesi di dunia ini bernama psikolog. Aku pergi ke sana. Mengobati diriku. Dia pun kurasa juga harus pergi ke sana.

Sekarang sudah di penghujung bulan di tahun 2023. Aku masih merasakan rasa sakitnya. Tapi setidaknya kini aku sudah bisa menerima semuanya. 

Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Habis ini lalu apa?

Aku sudah menuntaskan wajib belajar 12 tahun dan 4 tahun kuliah. Lalu apa?  Bekerja? Menikah? Menciptakan tujuh keajaiban dunia? Aku benar b...